Kamis, 16 Agustus 2012

MAKNA KESUCIAN IDUL FITRI; SEBUAH SYARI’AT YANG MENG-ADAT

"Minal 'aidin wal faizin", inilah kalimat yang terlontar dari orang muslim disaat Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah yang Insya Allah akan dilaksanakan pada hari Minggu 19 Agustus 2012 adalah puncak orang muslim atas pelaksanaan ibadah puasa mereka. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri. Idul Fitri secara etimologi berarti hari raya kesucian atau juga hari raya kemenangan, yakni kemenangan mencapai kesucian.
Oleh karena itu, sudah jelas kalau Idul Fitri atau kembali ke fitrah adalah pengertian yang sangat relevan dengan makna yang akan dicapai dalam pelaksanaan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan jalan untuk penyucian diri. Tentu saja jika puasa dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadarinya tujuan puasa itu sendiri sense of objective.
Orang yang beriman, tepatnya setelah berhasil menjalani ibadah puasa dengan baik, Al-Qur'an menganjurkannya untuk bertakbir, tahlil dan tahmid yakni berulang kali mengagungkan asma Allah SWT seharian suntuk. Dengan takbiran, sepertinya seorang Muslim yang telah menjalani ibadah puasa diasumsikan berada dalam kemenangan atau kesucian sehingga yang ada hanya Tuhan dan yang lain dianggap tidak berarti apa-apa.
Asumsi yang muncul adalah karena dengan menjalani puasa dengan baik yakni sesuai tuntunan dan telah berhasil melewati tingkatan lahiriah, nafsiah, hingga ruhaniah atau spiritual, maka seseorang dinyatakan telah mencapai kesucian. Segala sesuatunya dianggap sudah beres. Artinya manusia telah kembali kepada asalnya, yakni fitrah. Itu sebabnya yang diperlukan kemudian hanya mengagungkan nama dan kebesaran Allah SWT.
Dalam syari’at Islam, anjuran bertakbir dimulai pada hari tenggelamnya matahari (Waktu Maghrib) pada akhir Ramadhan sebagaimana tertulis dalam Al-Qur'an:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah 2: 185)
Seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat kita, pada malam hari raya tiba dilakukan takbir. Di lingkungan masyarakat kita memang telah membudaya takbir keliling yang sesungguhnya merupakan manifestasi atau ungkapan kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah puasa. Takbir yang merupakan sarana meluapkan kebahagiaan setelah berpuasa itu juga identik dengan semangat zakat fitrah, yang intinya adalah memberikan kebahagiaan kepada orang yang tidak punya, tu'mat-an li 'l-masakin.
Dalam ungkapan lain, lewat zakat fitrah, pada hari raya Idul Fitri jangan sampai ada orang yang bersedih dan jangan sampai ada orang yang meminta-minta. Karena ini hari kebahagiaan, hari kemenangan bagi orang Islam.
Itulah sebabnya, mengeluarkan zakat fitrah sebagai zakat pribadi juga ditegaskan oleh hadis Rasulullah SAW sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan sebelum shalat Idul Fitri dan orang Muslim tidak boleh melupakan itu karena hal ini wajib dan tercantum dalam Rukun Islam yang ke-3. Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!!!