Senin, 28 Mei 2012

TENTANG PERDILAN DI INDONESIA

Sebagai negara yang berdaulat, tentunya Indonesia memiliki perundang-undangan untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.      Pengadilan Agama
Tugas pokok pengadilan agama adalah sebagai badan pelaksana kekuasaaan kehakiman ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya
Pengadilan agama bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan dalam bidamg hukum keluarga dan perkawinan bagi mereka yang beragama Islam, berdasarkan hukum Islam.
2.      Pengadilan Negeri
Tugas pokok pengadilan negeri adalah sebagai badan pelaksana kekuasaaan kehakiman ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya
Pengadilan negeri bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan dalam bidamg hukum keluarga, perkawinan, sengketa, dan kriminalitas berdasarkan hukum positif negara.
3.      pengadilan Tata Usaha Negara
Tugas pokok pengadilan tata usaha negara adalah sebagai badan pelaksana kekuasaaan kehakiman ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya
Pengadilan tata usah negara bertugas dan berwenang untuk memberikan pelayanan hukum dan keadilan dalam bidang hukum sengketa.

PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN SEBAGAI PENDIRI MUHAMMADIYAH

K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri ormas Muhammadiyah, pada dasarnya beliau memiliki semangat yang sangat kuat dalam upaya penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) khususnya di Indonesia ini. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Munir Mulkhan “Kalau membaca pikiran Kyai Dahlan, sebenarnya beliau banyak melakukan upaya dalam peningkatan mutu dan martabat manusia”. Selain itu pemikiran lain yang ada dalam benak beliau adalah modern pendidikan, yakni merealisasikan pendidikan yang bersifat modern seperti yang dilakukan sekarang, memakai kursi dan meja, karena pendidikan pada waktu itu memakai teknik lesehan, yakni dengan duduk dan belajar sepenuhnya diatas lantai.
Abdul Munir Mulkhan sendiri adalah seorang tokoh Muhammadiyah yang juga anggota Komisi Nasional (Komnas) HAM. Beliau adalah tokoh Muhammadiyah yang sangat tulen. Selain sempat menjadi pengurus Muhammadiyah dalam perjalanan hidupnya, tokoh yang dilahirkan di daerah Jember Jawa Timur pada tahun 1946 ini juga menulis banyak sekali buku tentang ormas Muhammadiyah. Beliau merupakan salah satu anggota Komnas HAM yang terpilih pada periode 2007-2012. Bagi warga Muhammadiyah tentu ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan sebagai salah satu bagian dari Muhammadiyah. Karena tokoh Muhammadiyah mampu berkiprah dalam konteks yang lebih luas selain berkiprah dalam organisasi internal.
                Beliau (KH. Ahmad Dahlan) sangatlah peka terhadap kehidupan pada zamannya itu yang menurutnya keluar dari ajaran Islam yang murni seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Karena realisasi dari pemikirannya itu, beliau pernah dicaci maki bahkan sampai akan dibunuh. Akan tetapi selain pertolongan dari Allah SWT, keteguhan dan kesabaran yang beliau punyai bisa menyelamatkannya dari semua mara bahaya hingga beliau bisa mendirikan Muhammadiyah, suatu ormas yang berorientasi dalam Islam yang terbilang terbesar di tanah air Indonesia ini.

Jumat, 25 Mei 2012

PERTEMUAN ISLAM DAN BUDAYA DALAM PEWAYANGAN

Baru-baru ini kita di kagetkan kembali oleh ulah “Negeri Jiran” yang mengaku-ngaku warisan budaya adi luhung  milik bangsa ini, khususnya budaya jawa, yaitu wayang. Wayang sendiri bukan asli berasal dari jawa. Tradisi ini, sebagian ahli mengatakan berasal dari India dan sebagian mengatakan berasal dari Cina. Tradisi ini datang ke Indonesia khususnya di Jawa, bersamaan dengan penyabaran agama Hindu-Budha di tanah air. Ada beberapa negara di Asia Tenggara yang mempunyai tradisi pewayangan diantaranya, Thailand dan Myanmar. Akan tetapi, bentuk wayang Indonesia dan dibeberapa tempat yang lain bebeda-beda dan masing-masing mempunyai ciri khusus tersendiri.
Diakui bahwa wayang merupakan kebudayaan Jawa yang paling kompleks dan canggih. Selain itu, wayang bisa lebih jernih mendefinisikan, dibandingkan dengan hal apapun, apa artinya menjadi orang Jawa. Kebanyakan sarjana barat memegangi pandangan ini. Wayang juga merupakan salah satu media kultural melaluinya konsep kerajawian diartikulasikan di kawasan pedesaan.
Wayang pra-Islam
Sebagaimana dipercaya oleh orang-orang bahwa wayang di Indonesia merupakan warisan budaya Hindu-Budha. Hal ini diketahui melalui literatur peninggalan pujangga-pujangga kerajaan Majapahit (Hindu). Pada masa keemasannya, Majapahit mempunyai beberapa pujangga yang terkenal diantaranya adalah Mpu Sindok dan Mpu Tantular. Diantara karya-karyanya adalah Harjuna Wiwaha, Bharata Yuda (disinyalir terjemahan dari buku/kitab yang berasal dari India) dan lain-lain.
 Wayang pada masa Islam
Sebagaimana masa-masa sebelumnya, wayang dalam Islam bukan hanya tontonan tanpa makna, akan tetapi itu merupakan bagian dari transformasi keilmuan (pendidikan) serta media dakwah. Pada masa Islam tradiai wayang didasarkan pada doktrin sufi mengenai kesempurnaan manusia, sebagaimana lakon Dewa Ruci dan Kalimosodo. Pada masa ini wayang mengalami Islamisasi oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijogo. Diantara bentuk pengislaman wayang adalah, dalam pewayangan pra-Islam diceritakan bahwa salah seorang putri raja dijadikan isteri dari kelima Pandawa sekaligus (poliandri). Setelah wayang di Islam-kan putri tersebut diposisikan sebagai isteri dari Pandawa yang tertua, yaitu Yudhistira.
Cerita dan lakon wayang merupakan simbol-simbol dari kearifan sang pencipta wayang. Begitupun Sunan Kalijaga, beliau menjadikan wayang sebagai wahana dakwah sekaligus  transformasi keilmuan bagi masyarakat pedesaan melalui metaphor-metaphor yang diterjemahkan sendiri dan mudah dipahami masyarakat umum. Diantara metapor-metaphor tersebut adalah mengenai tokoh punakawan; Semar, Petruk, Bagong, Nala Gareng. Runtutan nama dari mereka dimaknai dengan
سمرفاترك البغي نال الخير
سمر                : Semar
فاترك                 : Petruk
البغي                 : Bagong
نال الخير            : Nala Gareng
Yang artinya: “Bergegaslah kamu tinggalkan perbuatan tercela, maka kamu memperoleh kebaikan”
Oleh karena itu, wayang  melalui tokoh dan ceriteranya adalah kaca benggala bagi kehidupan soerang anak manusia di muka bumi. Wayang tidak bisa dipahami ala kadarnya, akan tetapi membutuhkan pikiran mendalam dan akal sehat. 

Senin, 21 Mei 2012

ABU THALIB, PAMAN RASULULLAH. ISLAM ATAUKAH KAFIR?

Abu Thalib, yakni tidak lain beliau adalah paman Rasulullah SAW, beliau sangat mencintai Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW lebih dicintai oleh Abu Thalib daripada kepada anak-anaknya sendiri, hal itu dikarenakan budi pekerti Rasulullah SAW yang selalu jujur dalam perkataan dan sangat baik dalam tingkah laku.
Setelah beliau diutus menjadi Rasullullah SAW, Abu thalib senantiasa membantu dan melindungi Rasullullah SAW sehingga orang Kafir Quraisy sungkan untuk menghadang dakwah Nabi. Hal itu disebabkan oleh rasa sungkan mereka terhadap Abu thalib yang pada saat itu menjadi salah satu orang besar di Suku Quraisy.
Pada suatu saat, Abu thalib dipanggil oleh pemuka-pemuka Quraisy. Pada saat itu Abu thalib diminta untuk memerintahkan keponakannya itu, yakni Rasulullah SAW untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Kemudian pemuka-pemuka Quraisy tersebut mengatakan kepada belliau : “Apabila keponakanmu itu tidak mau berhenti, maka kami tidak akan sungkan lagi kepadamu dan akan kami tumpas keponakanmu beserta para pengikutnya”.
Saat mendapat ancaman ini, Abu Thalib akhirnya menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW akan tetapi Rasullullah SAW tetap berpegang teguh pada dakwahnya itu dan Abu Thalib pun mulai tegar dan akan selalu menjaga Rasullullah SAW dan membantunya hingga titik darah penghabisan.
Meskipun Abu Thalib tidak menghentikan Dakwah Rasullullah SAW bahkan melindungi Rasullullah SAW, orang Kafir Quraisy tetap sungkan kepada Abu Thalib dan tidak berani mengganggu Rasullullah SAW. Hal tersebut berlangsung hingga akhirnya Abi Thalib dipanggil oleh Allah SWT. Setelah wafatnya Abu Thalib, dipanggil oleh Allah mendapatkan tekanan yang sangat kuat dari orang Kafir Quraisy.
Oleh karena itu, sebagian besar dari kalangan para ulama berpendapat atas keislaman Abu Thalib, karena mereka berpandangan bahwa sangatlah tidak etis apabila dikatakan, bahwa orang yang telah mendidik Rasulullah SAW yang juga orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW, yakni Abu Thalib sebagai orang kafir yang masuk neraka, hanya karena Abu Thalib tidak pernah melafadzkan dua kalimat syahadat. 
Hal seperti ini adalah sebuah su’udzan yang tidak mendasar, Sebab belum tentu Abu thalib tidak bersyahadad lantaran tidak mau mengikuti ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi kemungkinan besar beliau tidak bersyahadad secara terang- terangan karena bertujuan untuk melindungi rasulullah SAW dari godaan orang kafir Quraisy, karena jika Abu Thalib masuk Islam secara terang terangan maka dapat dipastikan orang kafir Quraisy akan membencinya dan tidak ada rasa sungkan lagi kepada Abu Thalib, hingga kaum kafir Quraisy semakin leluasa dalam mencegak dakwah Islami Rasulullah SAW.
Padahal saat Abu Thalib wafat Rasulullah SAW berdoa untuk beliau: Rahimakaallahu  wa ghufira laka la azaalu astaghfirulaka hatta yanhaaniyallaah. Yang artinya: semoga Allah merohmatimu dan mengampunimu dan aku tidak akan berhenti memintakan ampun untukmu kecuali jika Allah melarangku.
Sudah pasti Rasulullah adalah makhluk yang paling dicintai Allah dan apabila beliau berdoa maka bisa dipastikan doa beliau dikabulkan oleh Allah begitu pula doa Rasulullah di atas yang mana beliau berdoa agar pamannya Abu Thalib dirahmati oleh Allah dan diampuni semua kesalahan-kesalahannya. Dan doa ini insyaallah telah dikabulkan oleh Allah dan insya Allah beliau sekarang telah mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Abu Thalib sangat cinta sekali kepada Rasulullah SAW, ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: Anta ma’a man ahbabta yaumal qiyamah, yang artinya: Engkau bersama orang yang engkau cintai pada hari kiamat nanti, karena kemungkinan besar beliau telah masuk Islam sekalipun di dalam hati. 

ABU THALIB, PAMAN RASULULLAH. ISLAM ATAUKAH KAFIR?

Abu Thalib, yakni tidak lain beliau adalah paman Rasulullah SAW, beliau sangat mencintai Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW lebih dicintai oleh Abu Thalib daripada kepada anak-anaknya sendiri, hal itu dikarenakan budi pekerti Rasulullah SAW yang selalu jujur dalam perkataan dan sangat baik dalam tingkah laku.
Setelah beliau diutus menjadi Rasullullah SAW, Abu thalib senantiasa membantu dan melindungi Rasullullah SAW sehingga orang Kafir Quraisy sungkan untuk menghadang dakwah Nabi. Hal itu disebabkan oleh rasa sungkan mereka terhadap Abu thalib yang pada saat itu menjadi salah satu orang besar di Suku Quraisy.
Pada suatu saat, Abu thalib dipanggil oleh pemuka-pemuka Quraisy. Pada saat itu Abu thalib diminta untuk memerintahkan keponakannya itu, yakni Rasulullah SAW untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Kemudian pemuka-pemuka Quraisy tersebut mengatakan kepada belliau : “Apabila keponakanmu itu tidak mau berhenti, maka kami tidak akan sungkan lagi kepadamu dan akan kami tumpas keponakanmu beserta para pengikutnya”.
Saat mendapat ancaman ini, Abu Thalib akhirnya menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW akan tetapi Rasullullah SAW tetap berpegang teguh pada dakwahnya itu dan Abu Thalib pun mulai tegar dan akan selalu menjaga Rasullullah SAW dan membantunya hingga titik darah penghabisan.
Meskipun Abu Thalib tidak menghentikan Dakwah Rasullullah SAW bahkan melindungi Rasullullah SAW, orang Kafir Quraisy tetap sungkan kepada Abu Thalib dan tidak berani mengganggu Rasullullah SAW. Hal tersebut berlangsung hingga akhirnya Abi Thalib dipanggil oleh Allah SWT. Setelah wafatnya Abu Thalib, dipanggil oleh Allah mendapatkan tekanan yang sangat kuat dari orang Kafir Quraisy.
Oleh karena itu, sebagian besar dari kalangan para ulama berpendapat atas keislaman Abu Thalib, karena mereka berpandangan bahwa sangatlah tidak etis apabila dikatakan, bahwa orang yang telah mendidik Rasulullah SAW yang juga orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW, yakni Abu Thalib sebagai orang kafir yang masuk neraka, hanya karena Abu Thalib tidak pernah melafadzkan dua kalimat syahadat. 
Hal seperti ini adalah sebuah su’udzan yang tidak mendasar, Sebab belum tentu Abu thalib tidak bersyahadad lantaran tidak mau mengikuti ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi kemungkinan besar beliau tidak bersyahadad secara terang- terangan karena bertujuan untuk melindungi rasulullah SAW dari godaan orang kafir Quraisy, karena jika Abu Thalib masuk Islam secara terang terangan maka dapat dipastikan orang kafir Quraisy akan membencinya dan tidak ada rasa sungkan lagi kepada Abu Thalib, hingga kaum kafir Quraisy semakin leluasa dalam mencegak dakwah Islami Rasulullah SAW.
Padahal saat Abu Thalib wafat Rasulullah SAW berdoa untuk beliau: Rahimakaallahu  wa ghufira laka la azaalu astaghfirulaka hatta yanhaaniyallaah. Yang artinya: semoga Allah merohmatimu dan mengampunimu dan aku tidak akan berhenti memintakan ampun untukmu kecuali jika Allah melarangku.
Sudah pasti Rasulullah adalah makhluk yang paling dicintai Allah dan apabila beliau berdoa maka bisa dipastikan doa beliau dikabulkan oleh Allah begitu pula doa Rasulullah di atas yang mana beliau berdoa agar pamannya Abu Thalib dirahmati oleh Allah dan diampuni semua kesalahan-kesalahannya. Dan doa ini insyaallah telah dikabulkan oleh Allah dan insya Allah beliau sekarang telah mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Abu Thalib sangat cinta sekali kepada Rasulullah SAW, ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: Anta ma’a man ahbabta yaumal qiyamah, yang artinya: Engkau bersama orang yang engkau cintai pada hari kiamat nanti, karena kemungkinan besar beliau telah masuk Islam sekalipun di dalam hati. 

Sabtu, 05 Mei 2012

SEMBILAN JENIS ANAK SETAN PENGGANGGU UMAT MANUSIA

Sebagai umat manusia kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya dosa karena nafsu yang membuat kita berbuat buruk dan selain itu pastilah ada bisikan-bisikan syaitan yang selalu terdengar dalam telinga kita sehingga kita lupa dan terbisik syaitan itu untuk berbuat yang tidak dibolehkan oleh syariat Islam.
Umar al-Khattab ra berkata, terdapat sembilan jenis anak syaitan yang selalu membisik ditelinga kita yaitu:
Zalituun
Dia selalu duduk di pasar atau kedai supaya manusia hilang sifat jimat cermat. Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu dan mubadzir.
Wathiin
Dia selalu pergi kepada orang yang mendapatkan musibah supaya bisa bersangka buruk terhadap Allah SWT atas musibah yang dideritanya itu.
A'awan
Syaitan ini selalu menghasut sultan, raja dan pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Membuat mereka bersifat sewenang-wenang dengan kedudukan dan kekayaan hingga terabai dari kebajikan rakyat dan tidak mau mendengar nasihat para ulama serta menghianati janji-janji kepada rakyatnya.
Haffaf
Anak syaitan ini senang berteman dengan botol. Suka menghampiri orang yang berada ditempat-tempat maksiat separti dadalam diskotik dan tempat-tempat yang ada minuman keras serta khomer.
Murrah
Dia senang sekali membuat lupa dan lalai orang yang senang mendengar musik sehingga mereka lupa kepada Allah SWT. Mereka ini tenggelam dalam suasana duniawi dan lupa akan syariat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia semua.
Masuud
Anak Syaitan ini duduk dibibir mulut manusia supaya mereka senang membuat fitnah, gosip, umpatan dan penyakit apa saja yang berasal dari kata-kata mulut.
Daasim
Dia duduk dipintu ruma-rumah. Jika kita tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, syaitan ini akan bertindak agar berlaku keruntuhan rumah tangga seperti suami isteri bercerai-berai, suami bertindak sewenang-wenang, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan berbagai bentuk kemusnahan rumah tangga lagi. Oleh karena itu ucapkanlah salam sebelum kita memasuki rumah
Walahaan
Dia suka menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika manusia itu sedang berwudhu dan shalat dan menimbulkan was-was pada ibadah-ibadah kita yang lain.
Lakhuus
Syaitan ini merupakan sahabat bagi orang yang beragama Majusi yang menyembah api dan matahari. Dan yang terakhir ni yang paling ekstrim karena bisa memurtadkan manusia atas Allah SWT sebagai tuhan yang benar.

LARANGAN MERAYAKAN VALENTINE BAGI KAUM MUSLIMIN

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 14 februari 2012, dunia ini khususnya bagi kaum muda dimana-mana diramaikan dengan istilah Hari Valentine. Apa sih Hari valentine itu? Bagaimanakah sejarahnya? Dan bagaimanakah hukum kita sebagai seorang muslim untuk merayakannya? Mari kita cari tahu bagaimanakah sesuatu yang real dari fenomena ini.
Sejarah Singkat Valentine
Ensiklopedia Katolik menyebutkan bahwasannya ada tiga versi tentang Valentine, tetapi versi paling mashur adalah cerita tentang Pendeta St.Valentine yang hidup diakhir abad ke-3 masehi di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang perintah-perintahnya.
Raja Romawi Claudius II melihat St.Valentine mengajak manusia kepada agama Nashrani lalu dia memerintahkan untuk menangkap dan menghukum mati St.Valentine.
Dalam versi kedua, Claudius II memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka dia mengeluarkan perintah tentang larangan menikah. Akan tetapi pada saat itu St.Valentine menentang perintah ini dan terus mengadakan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi, tetapi lama-kelamaan akhirnya diketahui juga dan akhirnya St.Valentine dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan St.Valentine jatuh cinta kepada putri seorang penjaga penjara tersebut. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan “Dari yang tulus cintanya, Valentine.” Hal itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nashrani bersama 46 kerabatnya.
Versi ketiga menyebutkan ketika agama Nashrani tersebar di Eropa, disalah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini.” Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat ” dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nashrani.
Versi lain mengatakan St.Valentine ditanya tentang Atharid, tuhan perdagangan, kefasihan, makar dan pencurian, dan Jupiter, tuhan orang Romawi yang terbesar. Maka dia menjawab tuhan-tuhan tersebut buatan manusia dan bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih, oleh karenanya ia dihukum mati. Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang dzalim tersebut.
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan saat ini beredar kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil yang disebut cupid (berarti: the desire), yaitu si bayi bersayap putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari dengan dua sayap terbang sambil mengarahkan anak panah ke gambar hati yang sebenarnya itu merupakan lambang tuhan cinta bagi orang-orang Romawi. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.
Hukum Valentine Dimata Islam
Tidak selayaknya bagi kita kaum muslimin meniru ritual agama lain yang tidak ada dasarnya dalam Islam. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya” (Al Isra’ : 36). Lalu dalam Al Maidah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga mengingatkan, “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Kalau Allah dan RasulNya sudah berkata tidak untuk sesuatu, maka haram bagi kita untuk mengikuti sesuatu itu. Jangankan mengikuti, mendekatinya pun tidak boleh. Kalau memberi ucapan selamat? Itu sama aja tidak boleh. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.”
Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan dalam fatwanya bahwa merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama, ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam. Kedua, ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya. Wallahu a’lam.

IMAM AL-GHAZALI DAN PERTANYAAN UNTUK MURID-MURIDNYA

Pada suatu hari, Imam Al-Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya di suatu tempat. Lalu Imam  Al-Ghozali menanyakan beberapa pertanyaan kepada muridnya.
Beliau bertanya: "Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab dengan bermacam-macam jawaban, ada yang menjawab yang paling dekat adalah orang tua, guru, teman dan kerabat.  Imam Al-Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Akan tetapi jawaban yang paling benar tentang sesuatu yang paling dekat  dengan kita adalah  "mati". Sebab Allah SWT sudah berjanji bahwa :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
setiap yang bernyawa pasti  akan mati. (Ali Imran 185)
Pertanyaan selanjutnya adalah: "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya pun menjawab dengan bermacam-macam jawaban, ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang. Lalu Imam Al-Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang  mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu.  Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari  yang  akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Beliau bertanya kembali bahwa: "Apa yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya ada yang menjawah gunung, bumi dan matahari. Semua  jawaban  itu benar kata Imam Al-Ghozali.  Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu" (Al-A'raf: 179).  Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan selanjutnya adalah: "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar, kata Imam Al-Ghozali. Tapi yang paling berat adalah "memegang amanah" (Al-Ahzab: 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Beliau bertanya kembali kepada muridnya: "Apa yang paling ringan di dunia ini?".
Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar  kata  Imam Al-Ghozali. Tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan  sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting  kita  tinggalkan sholat.
Dan yang terakhir beliau bertanya: "Apakah yang paling tajam di dunia  ini?".
Murid-muridnya menjawab pedang dengan serentak. Benar kata Imam  Ghozali. Tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, Manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. 

EMPAT HAL SEBELUM TIDUR

Tidur adalah salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya, karena dalam Al-Qur’an sendiri dijelaskan bahwa :
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“...dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba : 9)
            Dalam hadits pun Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Aisyah ra bahwasannya Rasulullah SAW berkata : “Wahai Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :
1.      Sebelum khatam Al-Qur’an.
2.      Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir.
3.      Sebelum para muslim meridloi kamu.
4.      Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh.
Aisyah pun bertanya : Wahai Rasulullah. Bagaimana aku bisa melaksanakan empat perkara seketika?”.
Rasul tersenyum dan bersabda : “Jika engkau tidur bacalah : Al-Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al-Qur’an.
Membacalah sholawat untuk-Ku dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafaat di hari kiamat.
Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu.
Dan perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”
Oleh karena itu sebagai umat Islam kita harus selalu menambah pundi-pundi amal kita meskipun dengan tidur, maka dari itu dengan amalan yang ada diatas tadi harus selalu kita amalkan agar amalan itu menjadi nilai ibadah dengan niatan yang baik.

Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!!!