Tampilkan postingan dengan label Fiqih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiqih. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Maret 2013

JAUHILAH DUKUN DAN PERAMAL

Sahabat bertanya tentang para dukun, maka Rasulullah SAW menjawab, "Mereka bukanlah apa-apa (tidak berarti sedikitpun)". Lalu para sahabat berkata : "Wahai Rasulullah saw sesungguhnya mereka terkadang berbicara sesuatu dan ternyata benar-benar terjadi?" Maka Rosulullah SAW bersabda, "Kebenaran itu adalah sesuatu yang dicuri oleh satu jin, lalu ia lontarkan pada telinga kekasihnya (dari manusia), dan mereka pun mencampurinya dengan seratus kebohongan." (HR. Bukhari-Muslim).
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mendatangi peramal, lalu ia bertanya sesuatu kepadanya dan mempercayainya, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari." (HR. Muslim).
Wallahu A’lam.

HUKUM NIKAH DENGAN JIN

Di atas pentas ilmiah barang kali kita sudah biasa mendengar istilah kawin lintas agama berikut urgensitas hukum-hukumnya. Namun bagaimanakah urgensitas hukum kawin lintas alam, yakni kedua pasangan bukan dari alam yang sama, seperti seorang pemuda dari bangsa manusia menyunting gadis dari bangsa jin atau sebaliknya?
Dalam literatur klasik (fiqh), wacana perkawinan lintas alam ini masih menjadi perdebatan antar ulama. Akan tetapi, perdebatan ini hanya meruang seputar masalah apakah sama-sama jenis manusia, menjadi klausul (syarat) dalam keabsahan nikah. Menurut Imad bin Yûnus yang didukung oleh Ibn Abdissalam, pernikahan manusia dengan jin hukumnya haram dan tidak sah karena berbeda jenis makhluk. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah:
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu." (An-Nahl: 72)
Dalam ayat ini Allah telah menjadikan pasangan manusia dari bangsa manusia sendiri agar manusia bisa sempurna merasakan kedamaian bersama pasangannya. Apabila pasangan bukan dari bangsa sendiri, niscaya kedamaian itu tidak akan dirasakan manusia. Versi ini juga menyitir sebuah hadits Rasulullah saw. yang melarang nikah dengan bangsa jin; "Rasûlullah saw. melarang menikahi jin."
Sedangkan menurut Al-Qomuly, pernikahan manusia dengan jin hukumnya sah namun makruh, dan qaul inilah yang dinilai mu'tamad oleh Ar-Ramly. Versi ini mengatakan bahwa pernikahan lintas alam juga menjanjikan kedamaian kendati tidak optimal, dan larangan dalam hadits tersebut bukan bermakna haram melainkan sekedar makruh. Versi ini juga diperkuat dengan fakta bahwa bangsa jin juga terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan layaknya bangsa manusia, bahkan jin juga disebut oleh Nabi sebagai "ikhwanuna" (kawan kita).
Dan juga diperkuat lagi oleh sejarah perkawinan nabi Sulaimân dengan Bilqis yang merupakan anak dari pasangan jin dan manusia. Tak menutup kemungkinan dari ulama selain yang disebut di atas memiliki pendapat yang berbeda.
Wallahu a'lam.

MUTIARA NASIHAT TENTANG KEBAIKAN DAN PELAKUNYA

Kebaikan itu sebaik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya.
Mereka akan merasakan “buah”nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tenteram dan damai.
Ketika diri Anda diliputi kesedihan dan kegundahan, berbuat baiklah terhadap sesama manusia, niscaya Anda akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati.
Sedekahilah orang yang papa, tolonglah orang-orang yang terzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya Anda akan merasakan kebahagiaan dalam semua sisi kehidupan Anda.
(Sumber: Buku "La Tahzan, Jangan Bersedih!", Penulis: Dr. 'Aidh al-Qarni).
Wallahu A'lam.

MENCEGAH SELURUH ANGGOTA BADAN DARI MAKSIAT

(Petikan Kitab Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad ra)
Sang murid harus berusaha sekuat tenaga mencegah anggota badan dari melakukan maksiat dan dosa. Setiap anggota harus didesak untuk mengerjakan ketaatan pada Allah SWT semata-mata, dan hendaknya ia tidak digerakkan untuk berbuat sesuatu melainkan perkara yang akan mendatangkan manfaat pada dirinya di hari akhirat.

BENCANA LISAN
la harus sungguh-sungguh dalam memelihara lisan (lidah) walaupun bentuk lisan itu kecil akan tetapi besar bahayanya. Hendaknya lisan dicegah dari berbohong, ngrasani (ghibah) dan seterusnya dari pembicaraan yang dilarang oleh agama. la harus mencegah dari pembicaraan hal-hal yang cabul dan kotor, dan tidak melibatkan diri dari masalah-masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan diri sendiri, meskipun yang demikian itu tidak haram hukumnya. Namun terdapat dampak yang dapat mengeraskan hati manusia, hanya buang-buang waktu saja dan tanpa ada keuntungan.
Seterusnya setelah sang murid tidak akan berbicara kecuali yang berfaedah, membaca Al-Qur'an atau berdzikir atau saling nasihat-menasihati kepada saudara yang muslim, atau menyuruh berbuat ma'ruf (baik) dan mencegah berbuat munkar (jahat), ataupun untuk mencari dunia yang akan membantu untuk kepentingan akhiratnya. Nabi SAW bersabda: Setiap pembicaraan anak Adam akan dimintai pertanggung jawaban atas-Nya, kecuali berdzikir kepada 'Allah, ataupun menyuruh berbuat ma'ruf (baik) dan melarang berbuat munkar.

BENCANA TELINGA DAN MATA
Ketahuilah bahwa pendengaran dan penglihatan merupakan dua pintu yang senantiasa terbuka menuju ke dalam hati. Apa saja yang masuk melalui kedua panca indera ini akan sampai ke hati. Betapa banyak masalah-masalah yang didengar atau dilihat oleh manusia dari hal-hal yang tidak wajar dan kesannya sampai ke dalam hati, lalu sulit sekali dihilangkan kesan tersebut, sebab hati cepat terpengaruh dengan segala apa saja yang datang dan menghampiri.
Apabila hati sudah terpengaruh dengan suatu masalah, niscaya susahlah untuk memadamkan kesan tersebut. Sang murid harus berhati-hati memelihara pendengaran dan penglihatan dari masalah-masalah yang tidak baik. la harus berusaha dengan kesungguhan untuk membentengi seluruh anggota badannya dari segala maksiat dan dosa, dalam bergaul dengan urusan-urusan yang tiada manfaat bagi diri-nya.
Awas! Jangan sampai ia memandang pada bunga kehidupan dunia dan keindahannya, dengan pandangan yang memikat hati sebab sesungguhnya lahirnya dunia adalah fitnah dan penuh dengan bencana. Bathinnya adalah tauladan yang penuh dengan makna.
Berapa banyak murid memandang kelezatan dan keindahan dunia lalu hatinya terpikat, ia terus mencintainya serta berusaha untuk mengumpulkan dan menyimpannya.
Sang murid haus memandu penglihatan pada segala ciptaan Tuhan, supaya ia tidak melihat sesuatu selain daripadanya, kecuali Insaf dan Iktibar. Kalau ia melihat satu ciptaan hendaklah ia mengingat bahwa ciptaan itu akan binasa dan pergi tidak kembali lagi. Sebelumnya semua ciptaan tidak ada, lalu Allah mengadakannya dan betapa banyak anak Adam yang terpikat dan terpengaruh dengan ciptaan-ciptaan. Dan ada kalanya ciptaan-ciptaan akan kita tinggalkan untuk diwariskan pada generasi yang akan datang.
Jika anda melihat kepada ciptaan Allah yang ada sekarang ini, hendaklah Anda melihat dengan pandangan seorang yang mengatakan pengakuannya, bahwa kesempurnaan kekuasaan zat yang menciptanya, dan yang mengadakannya, yaitu Allah SWT. Sebenar-benarnya semua ciptaan yang ada di langit dan bumi berseru (bertasbih) dengan lidahnya, didengar oleh orang-orang yang bercahaya, yang dapat melihat kepada sesuatu dengan Nur Allah Ta'ala bahwasannya tiada Tuhan melainkan Allah SWT Maha Kuas.
Wallahu A'lam.

Rabu, 13 Februari 2013

EMPAT TANDA SHALAT KITA DITERIMA ALLAH SWT

Dalam Hadits Qudsi disebutkan mengenai orang-orang yang diterima sholatnya oleh Allah SWT, "Sesungguhnya Aku (Allah SWT) hanya akan menerima sholat dari orang yg dengan sholatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku.
Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita.
Aku akan tutup sholat orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga."
Dalam hadits qudsi tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang diterima sholatnya oleh Allah Swt., adalah:
Pertama:
Dia datang untuk melaksanakan sholat dengan merendahkan diri kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an, keadaan seperti itu disebut dengan khusyu'. Dan sholat yang khusyu' adalah salah satu tanda orang yang mukmin. Yang disebut dengan sholat yang khusyu' itu bukan yang tidak ingat apa pun. Karena orang yang tidak ingat apa pun itu disebut pingsan.
Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib, apabila hendak melakukan sholat, tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat pasi. Sehingga ketika ada orang yang bertanya kepadanya, “Mengapa Anda wahai Amirul Mukiminin?” Sayyidina Ali menjawab, “Engkau tidak tahu bahwa sebentar lagi aku akan menghadapi waktu amanah”.
Kemudian, Sayyidina Ali membacakan sebuah ayat Al-Qur'an,
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS. Al-Akhzab: 72)
Kemudian Sayyidina Ali melanjutkan ucapannya, “Sholat adalah suatu amanat Allah yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi, dan bukit untuk memikulnya. Tetapi, mereka menolaknya dan hanya manusia yang sanggup memikulnya. Memikul amanat berarti mengabdi kepada-Nya."
Kedua:
Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Jadi, tanda orang yang diterima sholatnya ialah tidak takabur. Takabur, menurut Imam Al-Ghazali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi ia bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak buah, atau kecantikannya.
Kalau Anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan memandang enteng orang lain, maka Anda sudah takabur. Dan sholat Anda tidak diterima. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya:
“Takkan masuk surga seseorang yg dalam hatinya ada rasa takabur walaupun sebesar debu saja”.
Biasanya masyarakat akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah masyarakat itu ada orang yang takabur. Kemudian takabur itu ditampakkan untuk memperoleh perlakuan yang istimewa. Dan anehnya, seringkali sifat takabur ini menghinggapi para aktivis masjid atau aktivis kegiatan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengai ilmunya dan menganggap dirinya paling benar.
Ketiga:
Tanda orang yang diterima sholatnya ialah orang yg tidak mengulangi maksiatnya kepada Allah Swt. Nabi yang mulia bersabda, "Barangsiapa yang sholatnya tidak rnencegahnya dari kejelekan dan kemungkaran, maka sholatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah Swt." Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw. bersabda,
“Nanti, pada Hari Kiamat, ada orang yang membawa sholatnya di hadapan Allah SWT. Kemudian sholatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lalu sholat itu dibantingkan ke wajahnya”.
Allah SWT tidak menerima sholat itu karena sholatnya tidal dapat mencegah perbuatan maksiatnya setelah ia melakukan maksiat tersebut. Firman Allah SWT dalam surat
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya: “...Sesungguhnya sholat mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar...”. (QS. Al-‘Ankabut: 45).
Keempat:
Orang yang diterima sholatnya ialah orang yang menyayangi orang-orang miskin. Kalau diterjemahkan dengan kalimat modern, hal ini berarti orang yang mempunyai solidaritas sosial. Dia bukan hanya melakukan rukuk dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan penderitaan sesamanya. Dia menyisihkan sebagian waktu dan rezekinya untuk membahagiakan orang lain.
Kalau dalam sholat Anda, Anda sudah merasakan kebesaran Allah dan tidak takabur; dan kalau Anda sudah tidak mengulangi perbuatan maksiat sesudah sholat; dan kalau Anda sudah mempunyai perhatian yang besar terhadap kesejahteraan orang lain, maka Allah akan melindungi Anda dengan jubah kebesaran-Nya.
Allah akan memberi kepada Anda kemuliaan dengan kemuliaan-Nya, dan membungkus Anda dengan busana kebesaran-Nya. samping itu, Allah akan menyuruh para malaikat untuk menjaga Anda; dan para malaikat itu akan berkata sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an,
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
Artuinya: “Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu akan memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu”. (QS. Fusilat: 31).
Wallahu A’lam.

Kamis, 03 Januari 2013

BAGIAN TUBUH YANG MENJADI AURAT WANITA

Bagian-bagian Tubuh Aurat Wanita. Setiap wanita hendaknya menjaga martabat mereka. dimulai dari menutup aurat terlebih dahulu. Mana sajakah bagian tubuh yang menjadi aurat wanita, mari kita baca di bawah ini:
Kening
Menurut Bukhari bahwa: "Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening." (Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari).
Tumit Kaki
"Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." (An-Nur : ayat 31)
Keterangan: Menampakkan kaki dan menghayunkan/­melenggokkan badan mengikut hentakan kaki.
Wangian
"Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina." (Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban).
Dada
"Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi dada-dada mereka.” (An-Nur : ayat 31).
Gigi
"Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya." (Riwayat At-Thabrani).
"Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah". (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Muka dan Tangan
"Asma Binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah : Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja." (Riwayat Muslim dan Bukhari).
Tangan
"Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya". (Riwayat At Tabrani dan Baihaqi).
Mata
"Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya.­" (An-Nur : ayat 31).
Sabda Nabi : " Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya.Kamu hanya boleh pandangan yang pertama, pandangan seterusnya tidak dibenarkan." (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
Mulut (suara)
"Janganlah perempuan-perem­puan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perka­taan yang baik." (Al Ahzab : ayat 32).
Sabda Rasullullah : "Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan,maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi." (Riwayat Ibn Majah).
Kemaluan
"Dan katakanlah kepada perempuan-perem­puan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka." (An-Nur : ayat 31).
"Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya." (Riwayat Al-Bazzar).
"Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah." (Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah).
Pakaian
"Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebiha­n, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i dan Ibn Majah).
"Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perem­puan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya." (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Keterangan: Wanita yang berpakaian tipis/ jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/ membuka bagian-bagian tertentu.
"Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu­, anak perempuan mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang." (Al-Ahzab : ayat 59).
Rambut
"Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perem­puan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya." (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Wallahu a'lam

Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!!!