Dalam Hadits Qudsi
disebutkan mengenai orang-orang yang diterima sholatnya oleh Allah SWT, "Sesungguhnya
Aku (Allah SWT) hanya akan menerima sholat dari orang yg dengan sholatnya itu
dia merendahkan diri di hadapan-Ku.
Dia tidak sombong
dengan makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dia
menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita.
Aku akan tutup sholat
orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan
kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan
makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga."
Dalam hadits qudsi
tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang diterima sholatnya oleh Allah
Swt., adalah:
Pertama:
Dia datang untuk
melaksanakan sholat dengan merendahkan diri kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an,
keadaan seperti itu disebut dengan khusyu'. Dan sholat yang khusyu' adalah
salah satu tanda orang yang mukmin. Yang disebut dengan sholat yang khusyu' itu
bukan yang tidak ingat apa pun. Karena orang yang tidak ingat apa pun itu
disebut pingsan.
Diriwayatkan bahwa
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, apabila hendak melakukan sholat, tubuhnya gemetar
dan wajahnya pucat pasi. Sehingga ketika ada orang yang bertanya kepadanya, “Mengapa
Anda wahai Amirul Mukiminin?” Sayyidina Ali menjawab, “Engkau tidak tahu bahwa
sebentar lagi aku akan menghadapi waktu amanah”.
Kemudian, Sayyidina Ali
membacakan sebuah ayat Al-Qur'an,
إِنَّا
عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ
أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ
ظَلُومًا جَهُولًا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh”. (QS. Al-Akhzab: 72)
Kemudian Sayyidina Ali
melanjutkan ucapannya, “Sholat adalah suatu amanat Allah yang pernah ditawarkan
kepada langit, bumi, dan bukit untuk memikulnya. Tetapi, mereka menolaknya dan
hanya manusia yang sanggup memikulnya. Memikul amanat berarti mengabdi kepada-Nya."
Kedua:
Dia tidak sombong dengan
makhluk-Ku yang lain. Jadi, tanda orang yang diterima sholatnya ialah tidak
takabur. Takabur, menurut Imam Al-Ghazali, ialah sifat orang yang merasa
dirinya lebih besar daripada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang
lain itu. Boleh jadi ia bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan,
kekayaan, anak buah, atau kecantikannya.
Kalau Anda merasa besar
karena memiliki hal-hal itu dan memandang enteng orang lain, maka Anda sudah
takabur. Dan sholat Anda tidak diterima. Bahkan dalam hadis lain disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya:
“Takkan masuk surga seseorang yg dalam
hatinya ada rasa takabur walaupun sebesar debu saja”.
Biasanya masyarakat
akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah masyarakat itu ada orang yang
takabur. Kemudian takabur itu ditampakkan untuk memperoleh perlakuan yang
istimewa. Dan anehnya, seringkali sifat takabur ini menghinggapi para aktivis
masjid atau aktivis kegiatan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengai ilmunya
dan menganggap dirinya paling benar.
Ketiga:
Tanda orang yang
diterima sholatnya ialah orang yg tidak mengulangi maksiatnya kepada Allah Swt.
Nabi yang mulia bersabda, "Barangsiapa yang sholatnya tidak rnencegahnya
dari kejelekan dan kemungkaran, maka sholatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari
Allah Swt." Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw. bersabda,
“Nanti, pada Hari
Kiamat, ada orang yang membawa sholatnya di hadapan Allah SWT. Kemudian
sholatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian yang
kotor dan usang. Lalu sholat itu dibantingkan ke wajahnya”.
Allah SWT tidak
menerima sholat itu karena sholatnya tidal dapat mencegah perbuatan maksiatnya
setelah ia melakukan maksiat tersebut. Firman Allah SWT dalam surat
إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya: “...Sesungguhnya sholat
mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar...”. (QS. Al-‘Ankabut:
45).
Keempat:
Orang yang diterima
sholatnya ialah orang yang menyayangi orang-orang miskin. Kalau diterjemahkan
dengan kalimat modern, hal ini berarti orang yang mempunyai solidaritas sosial.
Dia bukan hanya melakukan rukuk dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan
penderitaan sesamanya. Dia menyisihkan sebagian waktu dan rezekinya untuk
membahagiakan orang lain.
Kalau dalam sholat
Anda, Anda sudah merasakan kebesaran Allah dan tidak takabur; dan kalau Anda
sudah tidak mengulangi perbuatan maksiat sesudah sholat; dan kalau Anda sudah
mempunyai perhatian yang besar terhadap kesejahteraan orang lain, maka Allah
akan melindungi Anda dengan jubah kebesaran-Nya.
Allah akan memberi
kepada Anda kemuliaan dengan kemuliaan-Nya, dan membungkus Anda dengan busana
kebesaran-Nya. samping itu, Allah akan menyuruh para malaikat untuk menjaga
Anda; dan para malaikat itu akan berkata sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Qur'an,
نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
Artuinya: “Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu akan
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
telah dijanjikan oleh Allah kepadamu”. (QS. Fusilat: 31).
Wallahu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar