Setiap
istri pastilah menghendaki kebahagiaan dalam rumah tangganya. Maka dari itu,
timbullah sebuah kewajiban bagi mereka, yaitu tidak hanya melulu menuntut
dibahagiakan, tapi juga harus mengerti dan mau belajar tentang bagaimana cara
membahagiakan. Hal ini karena sebuah rumah tangga adalah tentang kerjasama
serta saling memberi dan menerima.
Menjadi
sebaik-baik perhiasan bagi suami.
Rasulullah
SAW pernah ditanya tentang isteri yang sholihah. Beliau menjawab: Apabila
diperintah, ia selalu taat, apabila dipandang ia menyenangkan, dan ia selalu
menjaga diri serta harta suami (manakala suaminya tidak ada). (HR. Nasa`i)
Subhanallah,
disinilah istimewanya wanita ketika menjadi seorang istri. Dia kelihatan indah
dan terlihat cantik, justru ketika dia tidak menjadi pemberontak yang kasar
atau pembangkang yang keras, melainkan yang pandai belajar untuk selalu menata
hatinya demi sebuah ketaatan.
Wanita
akan indah jika dia belajar perduli dengan keadaan diri dan sikapnya untuk
dipersembahkan keindahan itu kepada suaminya. Wanita akan terlihat menawan,
justru ketika dia tidak berkhianat, dan belajar menjadikan dirinya pengabdi
yang tulus dan pribadi yang pandai memegang amanah.
Menjadi
pengantin baru
Ketika
telah memasuki kehidupan rumah tangga mungkin susah bagi para istri untuk lebih
kreatif lagi dalam me-refresh suasana pernikahan karena padatnya kegiatan
monoton yang mengisi hari- harinya.
Untuk
mengatasi hal tersebut, bukan hal mutlak bagi para istri untuk jauh- jauh
berwisata, atau ribet dengan serangkaian acara liburan. Karena kedamaian itu
sebenarnya letaknya di hati, dan jika kita berada dekat dengan Allah Subhanahu
wata'ala saja.
Istana
wanita itu adalah di rumah suaminya, serta komunikasi adalah kunci terbaik
penyubur kuatnya hubungan hati suami istri. Jadi walaupun hanya didalam rumah,
sebenarnya para istri bisa kembali menumbuhkan kehangatan untuk selalu
istiqomah dalam menyenangkan suami. Salah satunya adalah dengan selalu
mengingat saat-saat menjadi pengantin baru dulu.
Ingatlah
ketika saat-saat itu, banyak cinta kasih yang ingin dibagi dengan suami,
ingatlah juga betapa bersemangatnya hati dan inginnya diri untuk selalu tampil
menjadi yang terbaik dan paling membahagiakan sang suami.
Ingatlah
betapa saat awal-awal menikah, semua terasa sangat indah, bahkan banyak
kemakluman dihadirkan dalam menanggapi kekurangan suami. Ingatlah bahwa
pernikahan itu dulu diawali dengan sebuah niat yang suci, yaitu dalam rangka
beribadah kepada Allah. InsyaAllah dengan begitu hati akan lebih tenang dalam
menghadapi perubahan dan kenyataan yang ada sekarang.
Melayani
itu bukan pelayan
Melayani
juga bukan berarti menjadi pribadi nomor dua yang harus selalu berada tunduk
patuh dalam perintah sang nomor satu. Dengan melayani justru menjadikan kita
pribadi yang dibutuhkan, kehadiran kita menjadi hal yang sangat
ditunggu-tunggu karena menjadi penopang wajib dari yang dilayani. Itulah makna
sebenarnya dari kata disayang atau dicintai. Lalu siapakah para istri yang
tidak mendambakan menjadi makhluk yang paling disayang dan paling dicintai oleh
suaminya?
Indahnya
ikhlas
Sungguh,
bukan sesuatu yang mudah mendidik diri kita untuk selalu menjadi pribadi
pengabdi. Perlu kesadaran yang prima terutama dalam mengalahkan ego sebagai
wanita. Serta satu hal lagi, betapapun besarnya kesulitan itu, tapi semua akan
bisa di raih jika para istri benar-benar mau belajar mengikhlaskan
pengabdiannya kepada suami hanya karena Allah saja.
Karena
hanya hati yang ikhlas lah yang mudah untuk bahagia dan insyaAllah akan selalu
membahagiakan. Hanya hati yang ikhlas jugalah, yang bisa berlogika bahwa tidak
masalah bagaimana timbal balik yang akan diterimanya dari sang suami, yang
penting ridho Allah bersamanya. Itu saja sudah lebih dari cukup.
Mulianya
sabar
Bahkan
batupun bisa berlubang jika terus-menerus. Seperti itulah kiasan dari sebuah
sifat sabar. Bagaimanapun keras dan susahnya menghadapi suami, namun jika para
istri bersikukuh untuk bersabar, maka kebahagiaan hanyalah masalah waktu.
Karena
sabar adalah ibarat mata uang yang berlaku dimana saja, yang mampu membeli
kebahagiaan betapapun mahalnya harga kebahagiaan tersebut. Dengan sabar,
kebahagiaan InsyaAllah akan menjadi bagian dari sebuah rumah tangga.
Belajar
dan berproses
Jika
dari awal kita merasa tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang pengabdi atau
seseorang yang berhati lembut untuk bisa memahami suami, maka tanamkan dalam
diri bahwa tidak memiliki bakat bukan berarti tidak bisa menjadi orang yang
berbakat.
Semua
hal insyaAllah bisa dipelajari, jika kita benar-benar mau belajar. Kekurangan
yang menjadi hal mutlak yang dimiliki manusia, pastilah bisa di rubah, jika
kita memang benar-benar serius untuk berubah.
Jangan
kawatir, semua hal yang baik memanglah membutuhkan proses, yang terpenting
adalah kita benar-benar serius untuk berproses. menjadi lebih baik, tentunya.
Wallahu
A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar